Pandangan terhadap
seseorang, baik menyangkut pikiran, perbuatan
ataupun lainnya seharusnya dipahami betul. Sebelum seseorang menyatakan
pandangannya, semestinya mengetahui dulu,
apa sebenarnya yang dikatakan, dianut, dan juga diperbuat agar tidak melahirkan
kesalahan dalam memberikan penilaian. Orang bijak selalu mengingatkan, bahwa jangan
tergesa-gesa atau terburu-buru dalam menilai atau menyempulkan sesuatu. Apalagi
hal itu menyangkut orang, organisasi,
dan bahkan ukuran yang lebih besar lagi. Disarankan bahwa jika mendengar
sesuatu maka dengarkanlah hingga menjadi paham, dan juga jika melihat sesuatu
maka lihatlah hingga yang terlihat itu benar-benar jelas. Pesan itu menjadi
penting oleh karena seseorang tatkala mendengarkan sesuatu belum tentu apa yang
didengarkan dan dilihatnya sudah sesuai
dengan apa yang ditangkapnya. Itulah sebabnya salah paham, salah
pengertian dan juga salah menilai itu sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.
Manusia bisa berperilaku
pura-pura, seolah-olah, atau seakan-akan. Seakan-akan setuju, padahal
sebenarnya melawan, dan begitu pula sebaliknya. Sebagai akibat dari perilaku
yang tidak selalu jelas itu, maka ketika memandang manusia hanya dari aspek
yang tampak, maka bisa jadi akan keliru. Seseorang dianggap baik, padahal
sebenarnya tidak selalu begitu. Lahirnya baik, padahal batinnya berlawanan dari
yang tampak itu. Seakan-akan seseorang rajin bekerja dan bertanggung jawab,
padahal sebenarnya tidak sebagaimana yang dikira itu.
Demikian pula dalam
kehidupan keagamaan, seharusnya melihat ketaqwaan seseorang tidak cukup hanya
dari bentuk luarnya, melainkan hingga pada keluasan ilmu dan keindahan perbuatannya. Hal demikian itu,
disebabkan karena memang tidak mudah memahami seseorang secara tepat,
lebih-lebih lagi di dunia modern seperti sekarang ini. Penilaian seseorang juga tergantung dari
citra yang dibangunnya.
Islam menempatkan
suara hati pada posisi yang lebih utama.
Dalam melakukan sesuatu,
seseorang akan dilihat dari niatnya dan suara hatinya. Ketulusan dan
keikhlasan menjadi sedemikian penting. Kualitas seseorang tidak saja dilihat
dari penampilan fisiknya, tetapi dari niat dan hakekat yang sebenarnya. Simbol
dianggap penting, tetapi di balik simbol itulah justru menjadi yang terpenting.
Oleh karena itu, ketika melihat manusia hanya
dari aspek yang tampak, maka akan
cenderung mengalami kesalahan. Apalagi, selain menggunakan banyak wajah,
manusia juga bisa saja berubah-ubah. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar