Jakarta (Kemenag) — Pendidikan
Kesehatan Reproduksi (PKR) kini tak lagi menjadi topik yang dihindari di
madrasah. Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian
Agama secara resmi meluncurkan Buku Panduan Guru PKR Berperspektif Keislaman,
Rabu (9/7/2025), di Jakarta.
Buku ini digadang sebagai upaya konkrit membumikan Kurikulum Berbasis Cinta yang diinisiasi Menteri Agama, KH Nasaruddin Umar. Sebuah kurikulum yang tak sekadar mendidik akal, tapi juga merawat tubuh dan jiwa.
“Ini adalah wujud nyata dari cinta—cinta kepada diri, ilmu, dan sesama,” ujar Direktur GTK Madrasah, Thobib Al Asyhar saat membuka acara peluncuran. “Anak-anak kita perlu tumbuh dengan kesadaran tentang tubuhnya sendiri dan penghormatan terhadap orang lain, sebagaimana diajarkan dalam Islam.”
Thobib menekankan pentingnya PKR disampaikan secara ilmiah namun tetap berpijak pada nilai keislaman. Sebab selama ini, isu kesehatan reproduksi kerap dianggap tabu, khususnya di lingkungan pendidikan berbasis agama.
Selama ini banyak guru madrasah bingung bagaimana menyampaikan materi PKR tanpa menabrak norma agama atau budaya lokal. Kini, kegamangan itu dijawab lewat buku panduan ini.
“Buku ini dirancang bukan untuk dibaca lalu disimpan di rak, tapi untuk digunakan di kelas. Panduannya ilmiah sekaligus islami, dan bisa langsung diterapkan,” tegas Direktur.
Buku ini juga mendukung pelaksanaan Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 73 Tahun 2022 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di lingkungan pendidikan Kemenag. Ia menjadi salah satu instrumen penting untuk membangun ekosistem pendidikan yang aman, sehat, dan ramah anak.
Panduan ini terdiri dari dua volume. Di dalamnya dibahas konsep kesehatan reproduksi, strategi pengajaran, hingga pendekatan islami yang kontekstual. Penyusunannya melibatkan para pakar lintas bidang: akademisi, guru madrasah, hingga tokoh agama.
“Ini bukan produk instan. Disusun dengan cermat, dikaji mendalam, dan melibatkan mereka yang memang memahami realitas lapangan,” tambah Thobib.
Peluncuran buku ini dikemas dalam Workshop Konsolidasi yang juga menjadi ruang dengar bagi para guru. Direktur GTK Madrasah membuka pintu selebar-lebarnya untuk menerima kritik dan saran dari lapangan.
“Kami ingin buku ini hidup di kelas-kelas madrasah dan pesantren. Maka, masukan dari para guru sangat penting bagi penyempurnaan panduan ini ke depan.”
Acara ini dihadiri oleh para guru madrasah, pengembang kurikulum, penyusun buku, tokoh agama, hingga perwakilan dari instansi terkait.
Dengan hadirnya buku ini, Kemenag mengirimkan pesan kuat: pendidikan kesehatan reproduksi bukanlah hal yang tabu—justru ia adalah bagian dari ibadah dan amanah keilmuan yang wajib diajarkan dengan cinta dan tanggung jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar