Mabruridlo : Guru MTs Al Fatah Suradadi

<< Selamat Datang di Blog's Abdima MTs Al Fatah Suradadi >> << Terima kasih sudah mampir, Semoga dapat memberi arti dan manfaat, meskipun sangat kecil dan remeh >>

Selasa, 08 Juli 2025

PENYUSUNAN RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI INKUIRI KOLABORATIF SECARA TERSTRUKTUR

A. Konsep dan Tahapan Inkuiri Kolaboratif

Dari semua kondisi yang mendorong pembelajaran mendalam, kolaborasi merupakan inti dari semuanya. Kolaborasi bukanlah tujuan akhir, karena pembelajaran mendalam melibatkan inovasi dan praktik baru yang sangat fokus dan spesifik, pembelajaran mendalam memerlukan sarana untuk mengembangkan dan mengakses ide-ide yang baik. Apabila guru menginginkan perubahan dalam praktik pedagogi baru, mereka memerlukan dukungan dari orang lain untuk mengidentifikasi praktik yang efektif dan untuk mendorong pemikiran baru dan praktik inovatif.

Inkuiri Kolaboratif adalah suatu proses yang mengeksplorasi pemikiran  profesional dan pertanyaan-pertanyaan para pendidik dengan menelaah praktik (refleksi) serta asumsi yang sudah ada melalui keterlibatan dengan rekan sejawat. Proses ini diakui sebagai strategi yang efektif dalam mendorong perubahan karena mampu secara bersamaan meningkatkan pembelajaran profesional serta berkontribusi langsung pada peningkatan hasil belajar murid.

Inkuiri Kolaboratif tidak hanya berfungsi sebagai metode pemecahan masalah dan penyempurnaan praktik individu, tetapi juga sebagai pendekatan sistematis yang memanfaatkan bukti hasil belajar murid untuk membangun tim sekolah yang kolaboratif serta menciptakan pengetahuan profesional Bersama yang dapat diterapkan. Fokus utama Inkuiri Kolaboratif adalah murid dan hasil belajarnya.

Berikut adalah langkah-langkah yang ditempuh oleh guru dalam menerapkan siklus Inkuiri Kolaboratif.

Tahap I: Mengidentifikasi

Tahap pertama dimulai dengan mengidentifikasi posisi murid, mempertimbangkan penerapan kurikulum, dan membangun minat murid untuk menetapkan tujuan pembelajaran dan kriteria keberhasilan. Sasaran pembelajaran ditetapkan berdasarkan penilaian kebutuhan, kekuatan, dan minat murid serta kemahiran dalam delapan dimensi profil lulusan. Kriteria Keberhasilan diidentifikasi untuk menggambarkan bukti yang akan mendokumentasikan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai.

Tahap II: Desain

Tahap kedua merupakan perancangan pengalaman belajar yang melibatkan murid dalam mencapai kompetensi sesuai capaian dan tujuan pembelajaran. Langkah ini mencakup pemilihan pedagogi yang paling efektif, pertimbangan kemitraan pembelajaran yang dibutuhkan, pengembangan lingkungan yang menumbuhkan budaya belajar, dan penggunaan digital yang memanfaatkan pembelajaran. Bekerja sama pada desain pembelajaran ini dapat meningkatkan inovasi guru karena mereka terstimulasi oleh ide-ide guru lain dan murid itu sendiri. Meskipun awalnya memakan waktu, para guru menemukan bahwa cara ini membantu mereka memfokuskan energi mereka, dan setelah beberapa desain pertama, mereka dapat saling berbagi praktik baik, menjadi lebih inovatif, dan benar-benar menghemat waktu karena mereka berbagi beban kerja desain.

Tahap III: Implementasi

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran. Dalam proses ini, guru memantau pembelajaran, memberikan bantuan yang diperlukan murid, mengajukan pertanyaan, dan memandu penemuan yang lebih mendalam dengan mengajukan pertanyaan seperti: “Seberapa baik murid belajar?” “Bukti apa yang saya/kami miliki tentang pembelajaran tersebut?” “Apa yang murid butuhkan selanjutnya untuk memperdalam pembelajaran mereka?” Selama tahap ini, guru dapat mengamati di kelas masing-masing atau berbagi tanggung jawab untuk murid dengan mengelompokkan murid di seluruh kelasuntuk tugas atau minat tertentu. 

Tahap IV: Mengukur, Merefleksikan, Mengubah

Pada tahap akhir proses, guru berkolaborasi untuk mendokumentasikanpembelajaran murid. Mereka mempertimbangkan berbagai macam buktipenilaian formal dan informal dari produk dan kinerja kerja murid untukmengukur pertumbuhan, baik dalam konten akademis maupun kompetensiuntuk menginformasikan keputusan mereka. Data murid kemudiandimasukkan ke dalam siklus pembelajaran berikutnya dan memberikanmasukan yang kaya untuk desain pembelajaran berikutnya.

B. Rancangan dan Implementasi Inkuiri Kolaboratif

Langkah-langkah di atas merupakan langkah yang digunakan oleh pendidik dalam menciptakan Inkuiri Kolaboratif. Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran memiliki kewajiban untuk mendorong terciptanya Inkuiri Kolaboratif tersebut dalam rangka mendukung Pembelajaran Mendalam sesuai dengan kurikulum yang berlaku, sambil terus mengembangkan praktik pedagogis yang inovatif. Hal ini mencakup penciptaan lingkungan pembelajaran yang kontekstual, pemanfaatan media digital secara optimal, serta pembentukan kemitraan dengan keluarga, komunitas, mitra profesional, serta dunia usaha dan industri untuk mendukung Pembelajaran Mendalam. 

Untuk memulai dan mempercepat implementasi Inkuiri Kolaboratif teradapat 4 (empat) norma yang harus dilakukan.

  1. Asumsikan bahwa guru telah memberikan pemikiran terbaiknya saat itu.
  2. Asumsikan bahwa semua detail tugas dan pemikiran di baliknya tidak dapat dibagikan sepenuhnya dalam contoh ini.
  3. Jangan terburu-buru dalam menilai. Sadarilah bahwa kita tidak dapat sepenuhnya mengetahui semua yang terjadi di kelas sebelum tugas ini atau apa yang akan terjadi setelahnya.
  4. Kita semua perlu mengambil sikap belajar.

Dalam lingkungan sekolah, kolaborasi tidak hanya terjadi antara guru, tetapi juga antara kepala sekolah dengan guru, siswa, tenaga kependidikan, orang tua, bahkan masyarakat sekitar.

Kepala sekolah harus menjadi pelopor Kolaborasi dengan alasan:

1) Pemimpin sebagai teladan (Role Model)

Kepala sekolah merupakan figur sentral yang tindakannya ditiru oleh guru dan staf. Ketika kepala sekolah menunjukkan sikap terbuka, mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, maka iklim kolaboratif akan tumbuh secara alami.

2) Mendorong peningkatan kualitas pembelajaran

Kolaborasi antarguru yang difasilitasi oleh kepala sekolah mendorong pertukaran praktik baik, refleksi pembelajaran, serta inovasi metode pengajaran yang berdampak positif pada hasil belajar siswa.

3) Mewujudkan lingkungan kerja yang positif

Kepala sekolah dapat menciptakan suasana kerja yang mendukung, saling menghargai, dan penuh semangat kebersamaan. Lingkungan semacam ini akan mendorong loyalitas, motivasi, dan kepuasan kerja staf.

4) Pengambilan keputusan yang inklusif

Kepala sekolah yang melibatkan guru, siswa, dan pihak lain dalam proses pengambilan keputusan akan menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama terhadap kebijakan sekolah.

5) Menghadapi tantangan secara kolektif

Dunia pendidikan selalu menghadapi tantangan baru. Kolaborasi yang

kuat memungkinkan sekolah merespon perubahan kurikulum, teknologi, dan kebijakan dengan lebih adaptif.

Untuk mendorong terlaksananya kolaborasi kepala sekolah dapat menerapkan strategi sebagai berikut.

1) Membangun budaya sekolah kolaboratif

Menanamkan nilai-nilai saling percaya, keterbukaan, dan partisipasi aktif di seluruh warga sekolah.

2) Menyediakan waktu dan wadah untuk Kolaborasi

Kepala sekolah perlu menjadwalkan forum rutin seperti rapat guru, kelompok kerja, workshop internal, dan lain-lain.

3) Memberdayakan tim dan delegasi

Kepala sekolah membentuk dan mendorong tim-tim kerja yang efektif serta memberikan kepercayaan penuh dalam pelaksanaan tugas.

4) Mendengarkan dan melibatkan semua pihak

Umpan balik dan partisipasi dari guru, siswa, dan orang tua menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan sekolah.

5) Memberi apresiasi penghargaan terhadap inisiatif kolaboratif perlu diberikan, baik secara verbal, tertulis, maupun dalam bentuk lainnya.

6) Monitoring dan Evaluasi

Kolaborasi yang berjalan perlu dimonitor secara berkala agar terus berkembang dan memberikan dampak positif.

7) Melakukan perbaikan berdasarkan monitoring dan evaluasi

Kolaborasi merupakan salah satu dari delapan dimensi profil lulusan dalam pembelajaran mendalam. Kolaborasi diartikan sebagai individu yang mampu bekerja sama secara efektif dengan orang lain secara gotong royong untuk mencapai tujuan bersama melalui pembagian peran dan tanggung jawab. Mereka menjalin hubungan yang kuat, menghargai kontribusi setiap anggota tim, serta menunjukkan sikap saling menghormati meskipun terdapat perbedaan pendapat atau latar belakang. Peserta didik dengan kemampuan kolaborasi mampu berkontribusi secara aktif, menggunakan pemecahan masalah bersama, dan menciptakan suasana yang harmonis untuk mencapai tujuan bersama. 

Dengan demikian, untuk mewujudkan kolaborasi terdapat beberapa hal antara lain tujuan bersama, komunikasi efektif, kepercayaan dan respek, partisipasi aktif, koordinasi tugas, penyelesaian konflik, dan hasil kolaborasi.

 

PENYUSUNAN RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI INKUIRI KOLABORATIF SECARA TERSTRUKTUR 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar