Mabruridlo : Guru MTs Al Fatah Suradadi

<< Selamat Datang di Blog's Abdima MTs Al Fatah Suradadi >> << Terima kasih sudah mampir, Semoga dapat memberi arti dan manfaat, meskipun sangat kecil dan remeh >>

Selasa, 08 Juli 2025

Peran Baru untuk Siswa dalam Pembelajaran Mendalam

Untuk memaksimalkan proses pembelajaran, siswa perlu mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri dan memahami cara mereka belajar. Ini bukan hanya tentang menyelesaikan tugas atau mengikuti instruksi guru, tetapi juga tentang mengembangkan keterampilan metakognisi, memberikan dan menerima umpan balik, serta menerapkan agensi siswa. Dengan memahami proses belajar, siswa dapat menjadi lebih aktif dan terlibat dalam pendidikan mereka, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar mereka.

1) Learning to learn

Learning to learn mendorong siswa memiliki kesadaran metakognitif mengenai cara mereka belajar dan menguasai proses pembelajaran itu sendiri. Siswa mulai mendefinisikan tujuan pembelajaran mereka sendiri dan kriteria keberhasilan yang ingin dicapai. Mereka belajar untuk memantau kemajuan mereka, secara kritis mengevaluasi pekerjaan mereka, dan mengintegrasikan umpan balik dari teman sebaya, guru, dan sumber lain. Proses ini tidak hanya membantu siswa memahami materi pelajaran dengan lebih baik, tetapi juga meningkatkan kesadaran mereka tentang bagaimana mereka berfungsi dalam proses pembelajaran.

Umpan balik merupakan elemen penting dalam meningkatkan kinerja siswa. Ketika siswa membuat kemajuan dalam menguasai proses pembelajaran, peran guru secara bertahap beralih dari secara eksplisit menyusun tugas pembelajaran menjadi memberikan umpan balik yang konstruktif, mengaktifkan tantangan pembelajaran berikutnya, dan terus mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung. Umpan balik yang efektif membantu siswa memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan, sehingga mereka dapat terus berkembang dan belajar dengan lebih baik.

Agensi siswa dan otonomi mulai muncul ketika siswa mengambil peran yang lebih aktif dalam mengembangkan tugas pembelajaran dan menilai hasilnya. Ini lebih dari sekadar partisipasi; ini melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan yang nyata dan kesediaan untuk belajar bersama. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkontribusi dalam proses pembelajaran, mereka merasa lebih terlibat dan memiliki rasa kepemilikan terhadap hasil belajar mereka. Hal ini menciptakan lingkungan yang mendorong kolaborasi dan inovasi, di mana siswa dapat saling belajar dan tumbuh bersama.

2) Relationship

Peran kedua adalah relationship atau hubungan. Ini merupakan pondasi penting bagi semua orang, karena sangat alami jika seseorang selalu berhubungan dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu (Ryan & Deci, 2017; Tough, 2016). Dalam konteks pendidikan, perhatian dan keterhubungan menjadi sangat penting dalam membantu siswa berkembang dan memenuhi kebutuhan dasar mereka untuk merasa dihormati dan memiliki rasa kepemilikan. Rasa memiliki ini muncul sebagai motivator yang kuat, mendorong siswa untuk berkontribusi pada umat manusia, baik di tingkat lokal maupun global.

Ketika siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan koneksi interpersonal dan wawasan intrapersonal di kelas, mereka dapat bergerak menuju tugas yang semakin kompleks, baik dalam kelompok maupun secara mandiri. Proses ini tidak hanya meningkatkan kemampuan akademis mereka, tetapi juga memperkuat keterampilan sosial yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu membentuk kemampuan mengelola hubungan kolaboratif yang akan bermanfaat sepanjang hidup. Jika guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, maka akan siswa belajar bagaimana berkolaborasi dengan orang lain, menyelesaikan konflik, dan membangun kepercayaan. Keterampilan ini tidak hanya berlaku di dalam kelas, tetapi juga di dunia kerja dan dalam interaksi sosial sehari-hari. Dengan mengasah keterampilan kolaboratif dan metakognisi, siswa dipersiapkan untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan.

3) Aspirations

Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi secara signifikan oleh ekspektasi mereka sendiri serta persepsi yang mereka yakini bahwa orang lain miliki terhadap mereka (lihat juga Quaglia & Corso, 2014; Robinson, 2015, 2017; Ryan & Deci, 2017; Tough, 2016). Ekspektasi merupakan faktor kunci yang menentukan kesuksesan, seperti yang dicatat dalam penelitian Hattie (2012). Siswa harus percaya bahwa mereka dapat mencapai tujuan mereka dan juga merasakan bahwa orang lain percaya pada kemampuan mereka.

Untuk mencapai kesuksesan, siswa perlu terlibat dalam menentukan kriteria keberhasilan dan terlibat dalam mengukur pertumbuhan mereka. Keluarga, siswa, dan guru dapat bersama-sama membina ekspektasi yang lebih tinggi melalui cara-cara yang disengaja—kadang-kadang hanya dengan mendiskusikan ekspektasi saat ini dan yang ideal serta apa yang mungkin membuatnya dapat dicapai. Diskusi ini penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana siswa merasa didorong untuk mencapai potensi penuh mereka.

Kebutuhan dan minat siswa merupakan akselerator yang kuat untuk motivasi dan keterlibatan. Guru yang mampu memanfaatkan rasa ingin tahu dan minat alami siswa dapat menggunakan hal ini sebagai batu loncatan untuk melibatkan siswa secara mendalam dalam tugas yang relevan dan autentik, serta mengeksplorasi konsep dan masalah secara mendalam. Dengan mengaitkan pembelajaran dengan aspirasi siswa, memberikan umpan balik yang kuat, dan membangun minat siswa, kita dapat menciptakan kemitraan pembelajaran yang lebih kuat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar